Jakarta, CNN Indonesia —
Ribuan pengunjuk rasa menggelar aksi Aksi Massa tandingan pada Rabu (7/8) waktu setempat, untuk melawan aksi Kekejaman kelompok sayap kanan yang menyasar kelompok imigran dan Muslim di Inggris.
Pengunjuk rasa anti-rasisme itu digelar dalam jumlah besar, bahkan diikuti Sampai saat ini total puluhan ribu orang di berbagai kota seperti London, Birmingham, Bristol, Liverpool, dan Newcastle.
“Saya tinggal di Borough dan kami tidak ingin orang-orang ini [kelompok sayap kanan] di jalan-jalan kami. Mereka tidak mewakili kami,” kata seorang peserta unjuk rasa bernama Sara Tresilian.
Di Birmingham, ratusan pengunjuk rasa anti-rasisme berkumpul di luar gedung pusat migran. Sementara di Brighton, sekitar 2.000 orang mengambil bagian dalam Aksi Massa damai.
Kerusuhan yang dimulai pekan ini dipicu oleh insiden penikaman terhadap tiga anak berusia sembilan, tujuh, dan enam tahun dalam serangan di kelas dansa bertema Taylor Swift di Southport.
Kemarahan kemudian meluas jadi aksi unjuk rasa rasisme usai oknum dari kelompok sayap kanan menyebar informasi di media sosial bahwa pelaku penikaman merupakan seorang imigran Muslim.
Polisi kemudian mengungkap bahwa tersangka bernama Axel Rudakubana berusia 17 tahun yang lahir di Wales. Orang tua pelaku disebut berasal dari Rwanda.
Kerusuhan pecah di mana para pengunjuk rasa melempar batu bata dan terlibat Kekejaman dengan polisi, pembakaran Kendaraan Pribadi, penyerangan terhadap masjid dan dua hotel yang digunakan untuk pencari suaka.
Perdana Menteri Keir Starmer Pernah memperingatkan siapa pun yang terlibat Berencana menghadapi “kekuatan penuh hukum”, termasuk mereka yang menghasut Kekejaman di media sosial.
Sejauh ini aktivis sayap kanan Tommy Robinson Dituding jadi biang kerok kerusuhan di Inggris.
Robinson, yang memiliki nama asli Stephen Yaxley-Lennon, diduga Pernah mengatur serangan yang menargetkan migran di Inggris melalui unggahan media sosial. Ia merupakan mantan pemimpin English Defence League, sebuah kelompok Islamofobia yang didirikan 15 tahun lalu.
Robinson pernah dipenjara karena kasus penyerangan, penghinaan terhadap Lembaga Peradilan, serta penipuan hipotek. Saat ini Bahkan Bahkan, ia diburu polisi setelah meninggalkan Inggris pekan lalu sebelum sidang kelanjutan kasus penghinaan terhadap Lembaga Peradilan.
Mengenai keberadaannya di Siprus, Robinson berdalih di media sosial bahwa dirinya tak lagi berada di sana. Kendati begitu, polisi memastikan ia masih di pulau tersebut.
(dna)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA