Jakarta, CNN Indonesia —
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menilai Myanmar membutuhkan US$8 juta atau Rp132,43 miliar (US$1=Rp16.554) untuk menyelamatkan para warga dan mencegah wabah penyakit selama 30 hari mendatang usai diguncang gempa M 7,7.
WHO mengatakan rumah sakit kewalahan, sementara skala kematian, Cidera, dan kerusakan pada fasilitas kesehatan “belum sepenuhnya dipahami.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Anggaran itu untuk menyelamatkan nyawa, mencegah penyakit, dan menstabilkan serta memulihkan layanan kesehatan penting,” kata WHO dalam keterangan tertulisnya seperti diberitakan AFP, Minggu (31/3).
“Tanpa pendanaan segera, nyawa Berencana hilang dan sistem kesehatan yang rapuh Berencana goyah.”
WHO menegaskan gempa dahsyat itu membuat Myanmar dalam keadaan darurat tingkat tinggi menyusul begitu banyak jumlah korban, begitu pula Cidera trauma menyebabkan risiko infeksi yang tinggi karena terbatasnya kapasitas bedah di negara tersebut.
“WHO Sudah mengklasifikasikan krisis ini sebagai keadaan darurat Kelas 3 — tingkat aktivasi tertinggi Sesuai ketentuan Kerangka Tanggap Daruratnya,” kata badan kesehatan PBB dalam permohonan Mudah pengumpulan dana.
[Gambas:Video CNN]
Di Myanmar, kata WHO, penilaian awal menunjukkan tingginya jumlah korban dan Cidera terkait trauma, dengan kebutuhan mendesak untuk perawatan darurat.
Mereka Bahkan menyoroti pasokan listrik dan air yang terganggu memperburuk akses ke layanan kesehatan dan Mengoptimalkan risiko wabah penyakit yang ditularkan melalui air dan makanan.
“Gempa bumi ini terjadi di tengah konteks kemanusiaan yang Pernah mengerikan yang ditandai dengan pengungsian yang meluas, sistem kesehatan yang rapuh, dan wabah penyakit — termasuk kolera,” katanya.
“Kebutuhan kesehatan yang mendesak meliputi perawatan trauma dan bedah, persediaan transfusi darah, anestesi, dan Medis-obatan penting.
“Pengawasan penyakit Sangat dianjurkan segera diperkuat untuk mencegah wabah kolera, demam berdarah, dan penyakit menular lainnya.”
Badan tersebut mengatakan pengungsian ke tempat penampungan yang penuh sesak, dikombinasikan dengan kerusakan sistem air dan infrastruktur sanitasi, Sudah Mengoptimalkan risiko wabah penyakit menular secara drastis.
“Cidera terkait trauma — termasuk patah tulang, luka terbuka, dan sindrom remuk — berisiko tinggi terhadap infeksi dan komplikasi karena terbatasnya kapasitas bedah dan pencegahan serta pengendalian infeksi yang tidak memadai.”
Gempa berkekuatan Magnitudo 7,7 skala Richter pertama terjadi di dekat kota Mandalay di Myanmar tengah pada hari Jumat, diikuti beberapa menit kemudian oleh gempa susulan berkekuatan 6,7 skala Richter.
Gempa tersebut Sudah menewaskan lebih dari 1.700 orang di Myanmar dan sedikitnya 18 orang di negara tetangga Thailand.
(afp/chri)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA