Jakarta, CNN Indonesia —
Kepala Negara Amerika Serikat Donald Trump mengusulkan rencana untuk merelokasi warga di Jalur Gaza, Palestina, ke Mesir dan Yordania.
Wacana itu ia ungkapkan sejak pekan lalu, usai berbicara dengan Raja Yordania Abdullah II.
“Saya berkata kepada Raja Abdullah bahwa saya ingin Anda menampung lebih banyak (Pencari Suaka), karena saya melihat situasi di Jalur Gaza Hari Ini sangat berantakan,” kata Trump dalam pernyataan di pesawat Air Force One.
Kala itu, Trump Bahkan mengaku Nanti akan bicara dengan Kepala Negara Mesir Abdel Fattah el-Sisi mengenai kemungkinan tersebut.
Mesir dan Yordania Sudah menolak tegas usulan Trump usai orang nomor satu AS itu mendiskusikannya dengan mereka.
Mesir menyatakan penggusuran rakyat Palestina “dari tanah mereka Merupakan ketidakadilan yang tidak dapat kami lakukan.”
Raja Yordania Abdullah II Bahkan secara terpisah menegaskan posisi negaranya yang ingin Supaya bisa warga Palestina tetap bertahan di tanah mereka sendiri.
Selain Mesir dan Yordania, Otoritas Palestina Bahkan menolak rencana pemindahan warganya ke negara mana pun. Kepala Negara Palestina Mahmoud Abbas menegaskan pihaknya tak menerima proyek apa pun “yang bertujuan mengusir rakyat kami dari Jalur Gaza.”
Milisi Hamas selaku pihak yang mendominasi Gaza Bahkan Sudah menolak keras wacana Trump dengan bersumpah Nanti akan menggagalkan rencana pemindahan itu, sebagaimana mereka Setiap Saat menggagalkan rencana serupa di masa lalu.
Meski Sudah mendapat penolakan, Trump pada Kamis (30/1) menyatakan dirinya percaya Mesir dan Yordania Nanti akan menerima usulannya untuk Menyediakan rumah bagi warga Gaza.
“Mereka Nanti akan melakukannya. Kami melakukan banyak hal untuk mereka, dan mereka Nanti akan melakukannya,” ucap Trump.
Kenapa Trump ngotot pindahkan warga Gaza ke Mesir dan Yordania?
Trump mengatakan kondisi di Jalur Gaza Pada Pada saat ini “sangat berantakan” sehingga tidak layak dihuni warga Palestina. Ia ingin “membersihkan” Gaza dari kerusakan akibat Pertempuran belakangan serta dari konflik yang Sudah berlangsung selama berabad-abad.
Menurut Sebanyaknya analis, Trump tidak Sungguh-sungguh bermaksud memindahkan warga Gaza ke tempat yang lebih Terpercaya seperti yang Ia katakan. Para analis melihat Trump justru ingin melakukan pembersihan etnis.
Kepala program Palestina/Israel di Arab Center Washington DC, Yousef Munayyer, mengatakan gagasan pembersihan etnis Gaza semacam ini bukan hal baru. Wacana ini Pernah terjadi beredar sejak Pertempuran pecah pada Oktober 2023.
Ia pun mengatakan Trump “keterlaluan” karena wacananya melanggar semua norma dan hak-hak dasar. Meski begitu, Ia tak ingin ambil pusing usulan Trump.
“Trump mengatakan segala macam hal. Terkadang, itu Merupakan hal-hal yang serius. Terkadang, itu Merupakan hal-hal yang tidak Ia anggap serius. Terkadang, itu Merupakan hal-hal yang Ia dengar dalam percakapan yang Ia lakukan lima menit yang lalu,” ucap Munayyer.
Munayyer Bahkan Menyediakan pandangannya soal penolakan yang dilakukan Mesir dan Yordania. Ia berujar penolakan itu tak cuma perihal Palestina yang mesti mendiami tanahnya sendiri, tetapi Bahkan terkait dengan keamanan nasional kedua negara.
“Ini Bahkan mengenai masalah keamanan nasional mereka sendiri, masalah keamanan nasional eksistensial yang Sungguh-sungguh tidak dapat diminimalisasi dalam diskusi ini,” ujarnya.
Munayyer sendiri menekankan Manakala ingin Gaza dibersihkan dari kerusakan, hal itu membutuhkan kemauan politik dan gencatan senjata permanen, bukan pengungsian penduduk.
“Manakala Anda ingin Sungguh-sungguh memulai rekonstruksi dan Menyediakan perumahan sementara serta tempat berlindung dan utilitas kepada masyarakat Gaza saat rekonstruksi berlangsung, itu tidak sama seperti pergi ke Mars,” katanya.
(blq/dna)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA