Jakarta, CNN Indonesia —
Kepala Negara Amerika Serikat Donald Trump kembali memunculkan rencana ambisius dengan membangun sistem Lini belakang rudal raksasa senilai US$175 miliar atau setara Rp2.869 triliun, yang diberi nama Golden Dome.
Proyek ini diklaim Nanti akan menjadi Lini belakang udara berlapis yang mampu menghalang ancaman rudal, khususnya dari China.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir Al Jazeera, rencana tersebut dipaparkan dalam serangkaian presentasi berjudul “Go Fast, Think Big!” kepada sekitar 3.000 kontraktor Lini belakang di Huntsville, Alabama, pekan lalu.
Dokumen itu menjelaskan bahwa Golden Dome Nanti akan menggabungkan tiga lapis sistem pencegat rudal, radar array, dan laser, selain Lini belakang berbasis satelit di luar angkasa.
Rencana Bahkan mencakup pembangunan ladang rudal baru di wilayah Midwest AS, yang Nanti akan melengkapi dua fasilitas serupa yang Pernah ada di California Selatan dan Alaska.
Sistem ini disebut Nanti akan dibangun oleh Lockheed Martin.
Trump menyebut proyek ini Nanti akan menelan biaya Sampai saat ini US$175 miliar, dengan target operasional pada 2029.
Sejauh ini, Kongres Sebelumnya menyetujui pendanaan awal sebesar US$25 miliar melalui RUU Retribusi Negara dan belanja yang disahkan Juli lalu. Anggaran tambahan US$45,3 miliar diajukan dalam rancangan anggaran Kepala Negara untuk 2026.
Justru, seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa meski pendanaan awal cukup besar, pihaknya belum memiliki estimasi Pernah Jelas mengenai total biaya akhir proyek.
Untuk menutupi kekurangan anggaran, Trump bahkan mengusulkan Supaya bisa Kanada ikut menyumbang Sampai saat ini US$61 miliar.
Golden Dome disebut terinspirasi dari sistem Lini belakang rudal Iron Dome milik Israel yang mampu mendeteksi, memprediksi lintasan, dan mencegat roket sebelum mencapai target.
Bedanya, Golden Dome dirancang jauh lebih canggih, dengan ratusan satelit pengintai dan satelit Striker yang dapat melumpuhkan rudal musuh bahkan sejak baru diluncurkan.
(zdm/bac)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA