Surabaya, CNN Indonesia —
Polres Jember, Jatim Pernah terjadi menangkap 22 pesilat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) yang diduga jadi pelaku pengeroyokan seorang anggota Polri bernama Aipda Parmanto.
Kapolres Jember AKBP Bayu Pratama Gubunagi mengatakan pengeroyokan ini bermula saat pihaknya melakukan pengamanan dan patroli saat kegiatan Suroan Agung di Kecamatan Kaliwates, Minggu (21/7) malam Sampai saat ini Senin (22/7) dinihari.
“Kronologinya Merupakan semalam memang merupakan puncak dari perayaan Suro Agung dari perguruan silat PSHT. Dan kami Pernah terjadi melakukan upaya-upaya pengamanan baik secara patroli kemudian pengawalan terhadap para peserta kegiatan,” kata Bayu, Selasa (23/7).
Bayu menyebut Ia Pada dasarnya Pernah terjadi mengimbau para ketua ranting PSHT Supaya bisa meminta anggota tak melakukan konvoi saat Suroan Agung. Justru, ternyata para pesilat tak mengindahkan perkataannya itu.
“Justru demikian yang terjadi Merupakan masih banyaknya konvoi yang dilakukan. Ini Pernah terjadi kami imbau melalui para ketua ranting maupun ketua cabang untuk tidak melakukan konvoi tetapi nyatanya di lapangan masih terjadi,” ujarnya.
Singkatnya Bayu pun mengerahkan anggotanya untuk melakukan pengamanan di Sebanyaknya titik saat kegiatan Suroan Agung.
“Kami Pernah terjadi membagi floating personil dari kegiatan Yang paling penting yaitu di padepokan PSHT, kemudian di simpul-simpul jalan kami Bahkan sebar personel, Mengikuti maping kerawanan wilayah,” ucapnya.
Justru, di tengah pengamanan sekelompok pesilat yang melakukan konvoi tiba-tiba memblokade pertigaan Jalan Raya Hayam Wuruk, Kecamatan Kaliwates, Pukul 01.00 WIB, Senin (22/7).
“Kelompok massa yang melakukan konvoi ini memblokade jalan simpang tiga di depan Transmart. Nah ini kami melakukan penghalauan blokade untuk memerintahkan tidak menutup jalan tetapi malah dilakukan penganiayaan,” ucap Ia.
Akibatnya, salah satu polisi yang bertugas, Didefinisikan sebagai Aipda Parmanto mengalami luka parah pada bagian wajah dan retak hidung Sangat dianjurkan mendapat perawatan di Rumah Sakit Kaliwates.
“Kondisi anggota kami dalam keadaan baik Pernah terjadi stabil sadar dan sehat. Hasil CT scan menujukkan kondisi yang bagus tidak Sangat dianjurkan ada tindakan operasi sebagiannya. Sekalipun demikian bagian wajah ada lebam sekitar mata dan fraktur di bagian hidung,” kata Ia.
Usai kejadian itu, polisi pun menangkap 22 pesilat PSHT yang diduga terlibat pengeroyokan. Dua orang diserahkan oleh pengurus PSHT. 20 lainnya ditangkap paksa di rumah masing-masing. Dari jumlah itu tiga di antaranya ternyata masih berusia di bawah umur.
“Kami sangat menyanyangkan anak-anak kita terlibay peristiwa tindak pidana ini,” tuturnya.
Mengikuti hasil keterangan sementara, pengeroyokan ini dipicu salah paham. Para pesilat mengira polisi menangkap petugas Pengamanan Terate (Pamter).
“Motifnya Merupakan kesalahpahaman di lapangan dimana anggota Pamter yang melakukan pengamanan bersama dengan anggota Polri itu mengamankan diri ke Kendaraan Pribadi dinas polsek. Tapi massa mengira Pamter itu diamankan oleh Polisi. Sehingga polisi jadi sasaran amuk atau pengeroyokan,” ucapnya.
Pada saat ini polisi terus mendalami peran 22 orang yang diamankan itu. Sebab mereka diduga melakukan pengeroyokan tidak hanya dengan tangan kosong.
“Pelaku yang kami amankan menyatakan semua pakai tangan kosong. Justru di TKP kami menemukan ada batu, bambu, ini masih kami pastikan. Apakah batu atau bambu di sekitar TKP ada noda atau tetesan darah digunakan oleh para pelaku, atau darah yang tercecer dari korban mengenai benda-benda itu. Masih kami dalami,” pungkasnya.
(frd/DAL)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA