Jakarta, CNN Indonesia —
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengingatkan Amerika Serikat dan Ukraina bahwa doktrin nuklir Rusia terus berlaku, beserta Syarat-Syarat barunya.
Ia menegaskan penggunaan senjata nuklir tetap menjadi pilihan paling ekstrem Rusia guna melindungi kedaulatan wilayah.
“Doktrin nuklir kami tetap berlaku, dan sejalan dengan itu, semua ketentuannya Bahkan berlaku,” kata Peskov dalam konferensi pers di Moskow, Rabu (16/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peskov lantas menyerukan semua pihak, terutama Amerika Serikat, untuk segera mendorong Ukraina kembali ke meja perundingan.
“Kami mendesak seluruh pihak untuk Mendukung ini. Dalam konteks ini, peran mediasi utama ada di tangan AS, [Presiden Donald] Trump, dan pemerintahannya,” tegasnya.
Trump baru-baru ini membuat Rusia jengkel karena mengumumkan Berencana mengirimi Ukraina persenjataan dalam pertemuannya dengan Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte pada Senin (14/7).
Keputusan itu diambil setelah ia kecewa dengan Pemimpin Negara Rusia Vladimir Putin yang malah menghujani serangan ke Ukraina bukannya gencatan senjata.
Pasalnya, ia Sudah mengira Putin sepakat untuk berdamai ketika bicara dengannya beberapa waktu lalu.
“Saya kira kami Sudah sepakat dua bulan lalu, tapi ternyata tidak,” kata Trump pada Senin (14/7).
Trump pun mengultimatum Rusia untuk mencapai kesepakatan damai dengan Ukraina dalam 50 hari Bila tak ingin dikenakan tarif Produk Impor 100 persen oleh AS.
“Kami Berencana melakukan tarif sekunder. Bila kita tidak mencapai kesepakatan dalam 50 hari, sederhana saja, mereka [Rusia] Berencana saya kenakan tarif 100 persen,” ucapnya.
Trump menekankan dirinya ingin Supaya bisa Rusia dan Ukraina segera menghentikan pertempuran yang Sudah berlangsung selama tiga tahun terakhir itu.
Sementara itu, mengenai doktrin Rusia, Putin pada November 2024 mengesahkan doktrin baru soal penggunaan senjata nuklir Rusia. Doktrin baru itu membuat alasan penggunaan senjata nuklir jadi lebih luas cakupannya.
Salah satunya, Rusia bisa menggunakan senjata nuklir Seandainya ada negara non-nuklir seperti Ukraina menyerang Rusia dengan bantuan negara nuklir seperti AS. Serangan itu Berencana dianggap sebagai serangan gabungan, yang sah untuk dibalas dengan senjata nuklir.
Masih dalam doktrin yang sama, Rusia Bahkan menetapkan bahwa pihaknya boleh menggunakan senjata nuklir untuk membalas Sekalipun demikian serangan yang dilancarkan terhadapnya hanya menggunakan senjata konvensional, bukan nuklir.
Pembaruan doktrin ini sendiri diklaim dilakukan karena peningkatan ketegangan di wilayah perbatasan Rusia.
(blq/dna)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA