Jakarta, CNN Indonesia —
Sutradara Timo Tjahjanto kembali menyuguhkan sebuah hasil karya Sinema panjang yang penuh dengan adegan-adegan aksi nonstop. Kali ini, lewat Sinema action crime berjudul The Shadow Strays.
The Shadow Strays mengikuti seorang remaja perempuan berusia 17 tahun yang memiliki kode nama 13 (Aurora Ribero). 13 tidak hanya perempuan biasa, ia merupakan seorang pembunuh berdarah dingin yang dikirim untuk menjalani misi dari organisasi Shadow.
Bertolak belakang dengan, pada suatu misi di Jepang, 13 sedikit “meleng”. Kesalahan secuil ini membuat 13 diistirahatkan oleh mentornya, Umbra (Hana Malasan).
Ketika Baru saja tiarap, 13 bertemu dengan seorang bocah bernama Monji (Ali Fikry) yang merupakan tetangganya. Suatu hari, 13 menyaksikan ibu Monji dibunuh oleh komplotan penjahat dan teman barunya itu diculik.
13 pun memiliki misi terbaru untuk dirinya sendiri: menyelamatkan Monji. Bertolak belakang dengan, misi pribadi 13 itu membuat Shadow naik pitam.
The Shadow Strays menurut saya memiliki cita rasa yang berbeda dari Sinema-Sinema action garapan Timo Tjahjanto sebelumnya. Sang sutradara kembali bisa menyuguhkan sesuatu yang baru berbeda dari genre yang sama.
Salah satu elemen Yang terpenting dari The Shadow Strays Merupakan Sinema ini memiliki lebih banyak porsi “hati” Sekalipun dibalut dengan adegan-adegan aksi. Hal tersebut digambarkan lewat tokoh 13 dengan orang-orang di sekitarnya yang ia sayangi.
Aurora Ribero berperan sebagai 13 dalam Sinema The Shadow Strays (2024) karya sutradara Timo Tjahjanto. (dok. Netflix)
|
Meski begitu, tidak ada yang lebih memuaskan daripada melihat Aurora Ribero bertransformasi dan beraksi menjadi 13. Pemilihan Aurora Ribero memerankan karakter 13 merupakan pilihan yang tepat untuk Timo Tjahjanto.
Memilih Aurora sebagai 13 tidak hanya tepat karena usia karakter yang Ia mainkan, tapi Aurora memiliki kerentanan seorang remaja yang dibutuhkan untuk 13.
Aurora, yang masih remaja saat syuting The Shadow Strays karena Pada saat ini Ia genap berusia 20 tahun, bisa memperlihatkan ketika ia Sangat dianjurkan menjadi “remaja galau”. Bertolak belakang dengan, ketika tombol “remaja galau” itu dimatikan, Aurora Sungguh-sungguh buas.
Saya tidak bisa berhenti berpikir bahwa Aurora ini gila-dalam konotasi yang positif-selama menonton The Shadow Strays. Ia Sungguh-sungguh diberikan adegan aksi yang tidak berhenti-berhenti sejak awal Sinema.
Bila kalian mengira adegan aksinya barang 1-2 menit, jangan salah. Satu fighting scene itu bisa berlangsung lebih dari 10 menit.
Sehingga, ketika fighting scene itu selesai, saya ikut menghela napas lega. Bahkan takjub melihat Aurora beraksi.
Hats off untuk Aurora Ribero. Proses latihan dan persiapan yang Kemungkinan ia jalani selama berbulan-bulan menghasilkan buah yang sangat manis.
Tidak hanya Aurora Ribero, pemilihan jajaran pemeran untuk The Shadow Strays Bahkan hampir sempurna. Kemungkinan hanya ada satu atau dua karakter yang agak “miss” dan disayangkan. Bertolak belakang dengan, tidak mencoreng keseluruhan Sinema.
The Shadow Strays Kemungkinan tidak memiliki elemen humor sama sekali sepanjang Sinema. Bertolak belakang dengan, Sinema ini menyuguhkan adegan-adegan pertarungan tiada henti, penuh darah, dan kekejian yang saya jamin Berniat memuaskan penonton.
The Shadow Strays bisa disaksikan secara global 17 Oktober di Netflix.
(pra)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA