Review Sinema: Speak No Evil (2024)


Jakarta, CNN Indonesia

Speak No Evil menjadi Sinema yang sangat jelas memiliki pesan untuk jangan pernah mengabaikan red flag atau tanda bahaya, dan jangan jadi orang yang serba tidak enak menolak orang lain.

Sinema hasil adaptasi Gæsterne asal Denmark ini masih menyampaikan pesan bahwa situasi buruk dalam kehidupan seseorang Kemungkinan karena memang orang tersebut mengizinkannya terjadi.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pujian patut diberikan kepada enam karakter Sinema ini. Naskah yang cukup baik dari James Watkins bisa tergambarkan apik berkat akting keenam bintangnya.

Mereka memiliki peran masing-masing dalam memainkan banyak emosi penonton, seperti ada solid yang membuat tidak nyaman, konsisten bikin gregetan, kesal, Sampai sekarang rasa puas.


James McAvoy jelas menjadi bintang utama dan sosok amat penting yang menggerakkan mesin Sinema tersebut. Memerankan karakter yang kompleks, terutama secara emosional memang bukan hal baru bagi Aktor atau Aktris asal Skotlandia ini.

Ia melalui Speak No Evil sekali lagi sangat baik memerankan karakter yang agresif, manipulatif, dan rusuh untuk menebarkan rasa tidak nyaman bagi penonton.

Ketidaknyamanan muncul hampir dari setiap apa yang dilakukan dan dikatakan McAvoy, terutama saat pasif-agresif dengan karakter lain. Penampilannya Bahkan sedikit mengingatkan dengan Jack Nicholson dalam The Shining.

Apresiasi Bahkan patut berikan kepada dua bintang muda, salah satunya Dan Hough yang memerankan Ant. Ia menjadi karakter yang Sungguh-sungguh menarik perhatian setelah McAvoy.

Meski tak ada dialog untuk karakternya, Ant sejatinya karakter yang memiliki banyak layer dan cukup jelas terlihat kompleksitasnya, terutama jelang ending Speak No Evil.

Melalui karakter Ant pula, sutradara James Watkins seperti Menyajikan penghormatan khusus bagi Denmark, negara asal Sinema original yang ia adaptasi, Gæsterne.

Apresiasi Bahkan patut diberikan kepada Alix West Lefler sebagai Agnes. Karakternya memainkan peran penting dalam cerita untuk memantik rasa greget dan kesal penonton di banyak adegan. Melaluinya, penonton tahu hal buruk Jelas Berniat terjadi.

Di sisi lain, Agnes Bahkan memegang peran utama dalam mengungkapkan rahasia di balik keluarga Paddy. Ia pun menjadi karakter yang memiliki character development paling signifikan di akhir Sinema.




Review Speak No Evil: Dua Aktor atau Aktris muda pemeran Ant (Dan Hough) dan Agnes (Alix West Lefler) berhasil menambah layer cerita yang mengaduk emosi penonton. (Blumhouse Productions)

Justru, penguji kesabaran penonton tidak datang dari Agnes belaka. Akting Scoot McNairy sebagai Ben Dalton, suami sekaligus ayah yang serba tidak enakan dan kehilangan harga dirinya Bahkan patut diacungi jempol.

McNairy Sungguh-sungguh menampilkan sosok kepala keluarga yang sama sekali tidak berdaya, baik dalam pengambilan keputusan, terlebih lagi dalam Menyajikan perlindungan bagi anak dan istrinya.

Berkat peran McNairy, Mackenzie Davis semakin memukau memerankan Louise, satu-satunya karakter yang memiliki sedikit akal sehat dalam Sinema ini, sehingga kerap mengambil alih kendali karena suaminya tidak bisa diandalkan.

Aisling Franciosi Bahkan sebagai Ciara menampilkan karakter yang tampak normal, tapi sama saja tidak beresnya dengan Paddy dan ternyata menyimpan fakta yang cukup “disturbing.”




Film Speak No Evil (2024). (Blumhouse Productions)Review Speak No Evil (2024): James McAvoy dan Aisling Franciosi berhasil menghidupkan karakter pasangan yang membuat tidak nyaman dalam banyak situasi. (Blumhouse Productions)




Film Speak No Evil (2024). (Blumhouse Productions)Review Speak No Evil (2024): Davis dan McNairy sangat baik dalam mengungkap keretakan dalam pernikahan Louise dan Ben tanpa Harus banyak penjelasan. (Blumhouse Productions)

Penceritaan dua Putaran awal, Disebut juga pertemuan keluarga Ben dan Paddy saat liburan di Italia Sampai sekarang kedua keluarga berakhir pekan bersama di rumah Paddy, dibuat sedemikian rupa untuk membangun ketegangan jelang klimaks.

Justru memang begitu banyak keputusan bodoh yang diambil keluarga Dalton dalam 90 menit awal, sehingga berpotensi membuat penonton tak sabar untuk segera masuk ke klimaks Sinema ini.

Sampai sekarang Pada Akhirnya 30 menit terakhir baru Sungguh-sungguh berisikan banyak adegan Kekejaman dan darah dengan scoring yang Mengoptimalkan ketegangan. Justru, adegan Kekejaman Speak No Evil masih dalam tahap yang tidak begitu mengganggu.

Meski mengemas akhir kisahnya berbeda dari versi original, Speak No Evil garapan sutradara James Watkins masih memiliki pesan yang sama seperti hasil garapan Christian Tafdrup (2022).

Sinema itu Bahkan masih bisa membangun ketegangan, kecemasan, bahkan berpotensi jadi trigger penonton sejak menit-menit awal untuk menampilkan James McAvoy sebagai psikopat karismatik di layar lebar.

Penikmat Sinema horor Jelas pernah setidaknya sekali berpikir semua hal yang terjadi dalam Sinema itu akibat kebodohan pemeran yang kerap jadi korban. Speak No Evil Sungguh-sungguh menggunakan pikiran tersebut dalam membangun karakternya.

Alih-alih memprioritaskan keluarga dan kehidupan mereka, Ben dan Louise lebih khawatir tentang menenangkan orang asing yang sangat jelas dan berulang kali Menyajikan tanda bahwa mereka tidak bisa dipercaya.

Akhirnya, Speak No Evil merupakan thriller yang berhasil membangun perasaan tak nyaman dan menegangkan secara alami karena menghadirkan situasi mengerikan yang sangat Kemungkinan terjadi di dunia nyata.

Seandainya belum menyaksikan versi Denmark, Speak No Evil versi AS Menyajikan pengalaman menonton yang menyenangkan dari awal Sampai sekarang akhir. Sehingga, ada baiknya menyaksikan versi AS terlebih Di masa lampau sebelum mencari tahu versi originalnya.

Selain Kekejaman, Speak No Evil Bahkan menampilkan sedikit adegan seksual. Sehingga Sinema ini memang ditujukan untuk penonton berusia 17 tahun ke atas.

(chri/chri)



Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA