Jakarta, CNN Indonesia —
Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) memaparkan beberapa dampak adopsi kecerdasan buatan generatif (GenAI) pada sebaran misinformasi atau hoaks, mulai dari kuantitas konten hoaks Sampai saat ini kualitasnya.
Plt Direktur Pengembangan Ekosistem Digital Aries Kusdaryono menyebut dampak negatif pertama yang dihasilkan Merupakan jumlahnya semakin banyak.
“Terdapat empat argumen dampak dari AI Generatif terhadap misinformasi tersebut. Yang pertama yaitu meningkatnya kuantitas misinformasi dikarenakan mudahnya pengaksesan dan penggunaan AI Generatif dapat berguna untuk menciptakan misinformasi atau disinformasi tersebut dalam skala besar, sehingga dapat menghilangkan konten faktual untuk menimbulkan kebingungan,” ujar Aries dalam acara Rilis Survei Nasional bertajuk “Menyusun Peta Jalan Menghadapi Gangguan Informasi di Era AI Generatif” yang diselenggarakan Safer Internet Lab di Jakarta, Kamis (16/1).
Aries menyebut dampak kedua terkait peningkatan kualitas misinformasi yang dihasilkan berkat kemampuan teknis dan kemudahan penggunaan AI. Alhasil konten misinformasi berpotensi lebih persuasif dan lebih sulit diverifikasi kebenarannya.
Dampak berikutnya disebut konten misinformasi lebih personal. Hal tersebut, kata Aries, membuat konten hoaks lebih persuasif dan lebih mudah diterima masyarakat.
“Argumen ketiga yaitu personalisasi misinformasi yang meningkat dimana AI Generatif dapat digunakan untuk membuat misinformasi yang dipersonalisasi sesuai selera dan preferensi pengguna. Hal ini dapat Mengoptimalkan persuasif konsumen terhadap informasi yang salah,” tuturnya.
Dampak terakhir yang Kemungkinan terjadi dari perkembangan teknologi AI Merupakan munculnya konten-konten yang secara logika masuk akal, tetapi tidak akurat. Konten-konten semacam ini Kemungkinan dibuat secara tidak sengaja dan berpotensi disebarluaskan oleh pengguna.
Lebih lanjut, Aries menyebut kekacauan informasi Merupakan sesuatu yang tidak terhindarkan di era digital.
“Informasi disorder atau kekacauan informasi, baik misinformasi, disinformasi maupun malinformasi tak terhindarkan di era digital Pada saat ini Bahkan. Terdapat tiga tahapan dalam proses produksi Sampai saat ini persebarannya, yaitu penciptaan narasi, pembuatan produk media itu sendiri dan distribusi informasi,” terang Aries.
Dalam acara tersebut, Safer Internet Lab bekerja sama dengan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Google meluncurkan Survei Nasional Opini Publik Peta Mis/Disinformasi di Indonesia.
Survei tersebut salah satunya mengukur penggunaan AI Generatif dan Deepfake dalam Pemilihan Umum 2024. Survei ini menghasilkan beberapa temuan, salah satunya penggunaan teknologi AI Diprediksi semakin banyak digunakan.
Laporan ini Bahkan mengkhawatirkan penggunaan deepfake video dalam kampanye yang dapat menirukan suara dan menyerupai gambar atau video seseorang.
Ditambah lagi dengan, mereka menyoroti putusan MK yang melarang penggunaan AI dalam kampanye. Meskipun demikian, survei ini Bahkan menyoroti perkembangan teknologi yang semakin Mudah yang membuat regulasi cukup sulit diimplementasikan.
Di sisi masyarakat, Laporan ini menemukan masyarakat masih sulit untuk membedakan antara informasi yang disampaikan secara langsung dan informasi yang dibuat oleh AI Generatif.
(lom/fea)
[Gambas:Video CNN]
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA